Khutbah Idul Fitri: Menyikapi Penyebaran Berita Bohong

اللهُ ‌أَكْبَرُ ، الله ‌أَكْبَرُ ، الله ‌أَكْبَرُ ‌كَبِيرًا ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا، وسُبْحَانَ الله ‌بُكْرَةً وَأَصِيلًا. ‌لَا ‌إِلٰهَ إِلَّا اللهُ واللهُ أكبَر، اللّهُ اَكْبَرُ ‌وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي كَرَّمَ بَنِيْ آدَمَ بِالْعِلْمِ وَالتَّعَلُّمِ والْاِعْتِبَارِ، وَخَصَّ الْمُؤْمِنِينَ ‌وَالْمُؤْمِنَاتِ مِنْهُمْ بِمُتَابَعَةِ النَّبِيِّ الصَّادِقِ الأَخْبَارِ، الْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ بِالْبِشَارَةِ وَالْإِنْذَارِ، ‌وَجَعَلَ هٰذَا ‌الْيَوْمَ ‌لَهُمْ ‌بَعْدَ صَوْمِ شَهْرِ رَمَضَانَ وَقْتَ الْإِفْطَارِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى النَّبِيِّ الْمِفْتَاحِ لِبَابِ الْيَسَارِ، سَيِّدِنَا ‌مُحَمَّدِ بْنِ ‌عَبْدِ ‌اللّٰهِ الْمُخْتَارِ، وَعَلٰى آلِهِ الْأَطْهَارِ وَأَصْحَابِهِ الْأَخْيَارِ. ‌أَشْهَدُ أَنْ ‌لَا ‌إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ‌وَرَسُولُهُ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوٰى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَاذْكُرُوْا قَوْلَهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ عَلٰى لِسَانِ مُوْسٰى «وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ» [14/إبراهيم: 7]. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ.

Saudara-saudaraku kaum Muslimin yang diberkati Allah!

Pagi ini kita berkumpul di sini untuk merayakan kemenangan perjuangan mengendalikan nafsu, kekuatan di dalam diri kita yang kalau tidak dikendalikan akan membawa kita kepada kesengsaraan, penyesalan, kerugian, ketiadaan makna dan hal-hal buruk lainnya. Kita bergembira menyambut hari tidak berpuasa ini setelah sebulan penuh kita menahan diri dari makan, minum dan pelampiasan syahwat di siang hari. Kita juga patut bersyukur bahwa sebulanan terakhir ini jumlah orang yang terkena COVID 19 makin menurun dan jumlah orang-orang yang sembuh makin banyak. Ini semua karena pertolongan Allah yang wajib kita syukuri; pertolongan yang datang setelah berbagai upaya mulai dari mematuhi protokol kesehatan, menjaga kebersihan, melakukan vaksinasi, mengurangi perjalanan, meningkatkan daya tahan tubuh sampai membatasi kontak fisik dengan orang lain dan sebagainya.

Kalau puasa diwajibkan kepada kaum beriman agar mereka bertakwa, yang salah satu maknanya: menjaga diri dari hal-hal yang tidak semestinya dilakukan; maka pandemi COVID 19 mengajari kita untuk hidup bersih, sering mencuci tangan, sering berjemur untuk ketahanan tubuh, menjaga ketenangan jiwa, cukup tidur secara teratur dan seterusnya. Pandemi selama dua tahun lebih ini mengingatkan kita untuk memperhatikan kesehatan badan kita, sebagaimana diwanti-wanti oleh Rasulullah saw. kepada ‘Abdullah bin ‘Amr:

‌وَإِنَّ ‌لِبَدَنِكَ ‌عَلَيْكَ ‌حَقًّا [مجمع الزوائد للهيثمي]

Sungguh badanmu mempunyai hak yang mesti kau penuhi.

Pandemi ini juga membuktikan sekali lagi bahwa dari setiap kesulitan, kita dapat mengambil kesempatan untuk memperbaiki diri dan hidup kita, bahkan menemukan rahasia-rahasia yang sebelumnya tidak terlihat. Sungguh tepat sekali kita ingat pada kesempatan ini sabda Rasulullah saw.

خَطَبَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ، فَقَالَ فِي خُطْبَتِهِ: «إِنَّ رَبِّي ‌أَمَرَنِي ‌أَنْ ‌يَكُونَ ‌نُطْقِي ‌ذِكْرًا، وَصَمْتِي فِكْرًا وَنَظَرِي عِبْرَةً». [مسند الشهاب القضاعي]

Dalam salah satu khutbah, Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh Tuhanku telah menyuruhku agar bicaraku berupa kesadaran, diamku diam berpikir dan penglihatanku tilikan untuk mengambil pelajaran.”

Musibah dan kemalangan semestinya tidak menghentikan kita apalagi menghancurkan harapan kita, namun sebaliknya itu semua justru membuat kita lebih dewasa, lebih tahan terhadap guncangan kehidupan.

Allahu Akbar.

Selain kegembiraan yang kita rasakan hari ini, kita tidak semestinya lupa pada beberapa hal yang memprihatinkan. Masih banyak orang-orang yang tidak dapat menikmati kegembiraan ini karena kemiskinan sebagian negeri ini dan di banyak negeri di Afrika, perang saudara di Yaman, Suriah, Libia dan lainnya, juga penindasan di Palestina. Juga kerusuhan-kerusuhan di banyak negara lain dengan mayoritas penduduk beragama Islam serata orang-orang yang terpaksa mengungsi dari kampung halaman untuk mempertahankan hidup. Kita doakan agar mereka tabah dan selamat dari bencana kemanusiaan yang menimpa.

Mari kita simak lagu duka Sāmī Gānim, penyair Palestina, ketika mengenang kejatuhan negerinya dalam cakar kekuatan Israel:

شعبٌ تشرّد في البلدان ملتجئًا يحيا التشرد لا يُعطى له عملٌ

شعب يعيش بأرضِ الله مبتعدًا عن الديار ولا يأتي له وصلُ

Kamilah bangsa yang terbirit-birit mengungsi ke pelbagai negeri

Mesti lari dan tiada kesempatan kerja

Bangsa yang mesti hidup di bumi Allah, jauh

dari kampung halaman, tak dihampiri ikatan keluarga

Sungguh sudah hampir satu abad bangsa Palestina hidup dalam keterpurukan dan penderitaan, ketakutan, ancaman, penghinaan dari bangsa Israel, hampir tanpa bantuan usaha pembebasan dari bangsa lain. Irak, Afghanistan, Pakistan, suku Rohingya dan lain-lainnya masih berkutat dengan kemiskinan, keamanan dsb. yang menimbulkan derita bagi banyak anak manusia. Sebagian penyebabnya adalah tindak biadab bangsa lain, sebagian berasal dari perpecahan di dalam tubuh bangsa masing-masing.

Ketika membaca tulisan seorang di antara mereka yang terlunta-lunta itu, betapa hati kita ikut berduka merasakan nestapa yang sedemikian panjang, walaupun dengan caranya ia dapat mengatasinya. “Hari ini, tulisnya, aku memutuskan untuk memaafkanmu. Itu bukan karena kau telah minta maaf dan mengakui banyaknya derita yang aku alami karenamu. Maaf kuberikan karena diriku berhak untuk hidup dalam damai”. Najwa Zubyāni, sang penulis berusia 30-an tahun, meninggalkan kampung halamannya di Libanon karena perang-perang yang merundung wilayah ini selama puluhan tahun. Najwa kecil dibawa orang tuanya mengungsi dan sampailah ke Kanada kemudian menjadi penulis yang kalimat-kalimatnya banyak dikutip orang dan di disebarkan melalui Instagram. Kutipan di atas mengungkapkan sikap yang terpaksa diambilnya terhadap diri sendiri, karena kepada pihak lain yang membuatnya sengsara, ia tak dapat berbuat apa-apa.

Allahu Akbar.

Saudara-saudaraku anggota diberkati Allah.

Instagram, Facebook, WhatsApp dan sebagainya memang dapat membantu penyebaran berita dengan amat cepat hampir tak terhalang waktu. Akan tetapi, kini kita terjangkiti penyakit yang sebenarnya sudah ada di dalam diri kita, tetapi menjadi sangat ganas dengan adanya media sosial itu: kebencian dan kedengkian. Melalui media sosial disebarkan banyak tulisan, gambar, meme, video dan sebagainya yang mengandung kebencian atau kebencian kepada orang-orang tertentu, termasuk pejabat pemerintahan dan tokoh masyarakat. Anehnya, Manusia mempunyai bawaan untuk berbagi perasaan dengan orang lain, baik itu berupa kesedihan, kegembiraan, kekaguman, maupun kekhawatiran, kebencian dan ketidaksukaan kepada sesuatu barang atau seseorang dsb. Konten yang “mengena” di dalam hatinya akan segera disebarkannya, tanpa memikirkan apakah itu bohong atau benar, fitnah dan hasutan atau bukan.

Petunjuk al-Qur’an mengenai berita yang dibawa orang fasik, yakni orang sering melanggar aturan, sangat jelas. Di dalam kitab ini dinyatakan peringatan kepada orang-orang yang beriman:

﴿يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ ‌بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ﴾ [49/الحجرات: 6]

Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.

Media sosial adalah sarana untuk menyampaikan atau menyebarkan sesuatu dengan kandungan yang bisa baik atau uruk, bisa benar atau bohong. Karena itu, tidak semestinya orang beriman ikut menyebarkan setiap hal yang ditemukan di dalamnya tanpa meneliti kebenarannya dan mempertimbangkan dampaknya bagi orang yang melihat atau membacanya. Rasulullah mengingatkan dalam salah satu sabdanya:

عن أبي هريرة؛ قَالَ: قَالَ رسول الله ﷺ: «كفى بِالْمَرْءِ كَذِبًا ‌أَنْ ‌يُحَدِّثَ ‌بِكُلِّ ‌مَا ‌سَمِعَ». [صحيح مسلم، 1: 10 ت عبد الباقي]

Cukuplah seseorang disebut berdusta manakala dia menceriterakan setiap hal yang ia dengar.

Tentu termasuk dalam “yang ia dengar” itu segala hal yang ia dapatkan di dalam media sosial, sementara “menceriterakan” itu mencakup menggunakan jari jemari untuk menyebarkannya melalui alat elektronik.

Allahu Akbar.

Saudara-saudaraku yang mudah-mudahan dirahmati Allah.

Selain itu, terdapat juga larangan ikut-ikutan melakukan sesuatu, tanpa memahami perkaranya. Firman Allah swt, di dalam al-Qur’an:

﴿وَلَا ‌تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا﴾ [17/الإسراء: 36]

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawaban.

Dengan demikian, semestinyalah berita yang sampai kepada kita, baik melalui media massa maupun lainnya diteliti dengan secermat mungkin. Jangan dulu ambil keputusan menyebarkannya atau bertindak atas dasar hal itu sebelum mendengar sebanyak-banyak informasi. Menghargai setiap pendapat, seaneh apa pun, itu sangan dianjurkan, tetapi sebelum menerimanya sebagai kebenaran ―apalagi menyebarkannya― perlu dilakukan penilikan dengan cermat. Perlu juga diperhatikan setiap keluhan, siapa tahu kita tidak peka kepada penderitaan atau keteraniayaan orang lain.

Kita juga perlu memikirkan hasil penglihatan dan pendengaran untuk menilai mana yang wajar dan mana yang tidak, dan mana yang patut dipegangi. Fu’ad atau hati mestilah bersih dalam menilai itu, yakni tidak didasari emosi dan hanya mencari yang terbaik. Harus diingat bahwa keputusan yang kita ambil menjadi tanggung jawab kita sendiri. Orang lain, pada saat kita mesti bertanggung jawab, dapat saja lepas tangan.

Allahu Akbar.

Saudara yang dikasihi Allah!

Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Allah tidak akan mencabut ilmu yang diberikan kepada umat manusia, melainkan akan mengambil orang-orang yang berilmu. Ketika tidak ada ulama atau ulama tidak tampil, yang akan tampil adalah orang-orang dengan pengetahuan tidak memadai. Mereka sesat dan membuat sesat orang lain dengan pendapat mereka.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «إِنَّ اللهَ لَا يَنْزِعُ الْعِلْمَ مِنَ النَّاسِ بَعْدَ أَنْ يُعْطِيَهُمْ إِيَّاهُ، وَلَكِنْ يَذْهَبُ بِالْعُلَمَاءِ، كُلَّمَا ذَهَبَ عَالِمٌ ذَهَبَ بِمَا مَعَهُ مِنَ الْعِلْمِ، حَتَّى يَبْقَى مَنْ لَا يَعْلَمُ، فَيَتَّخِذَ النَّاسُ ‌رُؤَسَاءَ ‌جُهَّالًا، فَيُسْتَفْتَوْا، فَيُفْتُوا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَيَضِلُّوا، وَيُضِلُّوا». [مسند أحمد، 11: 498، ط الرسالة]

Dari ‘Abdillah bin ‘Amr, Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari umat manusia setelah Dia berikan kepada mereka, melainkan Dia akan mengambil ulama. Setiap kali ulama pergi, maka hilang pula ilmu yang dimilikinya; hingga tinggal lagi orang yang tak berilmu. Orang-orang pun mengangkat orang-orang bodoh sebagai pemimpin; maka ketika dimintai fatwa, para pemimpin itu memberikan fatwa tidak dengan ilmu; maka mereka itu sesat dan menyesatkan.”

Sekarang ditambah lagi dengan orang-orang yang tanpa diminta pun memberi info atau pendapat dengan tujuan tertentu, seperti: memecah belah, membunuh karakter, menghasung kebencian kepada orang atau kelompok tertentu dan seterusnya. Ini memperkuat anjuran di atas untuk berhati-hati dalam mengambil informasi. Check, recheck, tanya kepada ahli yang terpercaya dan pertimbangkan baik-baik dengan hati nurani, sebelum memakai atau meneruskannya kepada orang lain.

Dalam keadaan seperti ini, ketika berseliweran berita bohong dan ujaran kebencian, orang yang mempunyai ilmu tidak boleh diam. Diriwayatkan dalam sebuah hadis:

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : «إِذَا ظَهَرَتِ الْفِتَنُ، أَوْ قَالَ: الْبِدَعُ، وَسُبَّ أَصْحَابِي ‌فَلْيُظْهِرِ ‌الْعَالِمُ ‌عِلْمَهُ، فمن لم يفعل ذلك، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ، لا يَقْبَلُ اللَّهُ لَهُ صَرْفًا وَلا عَدْلا». [معجم الشيوخ للسبكي: 541].

Dari Mu‘ādz bin Jabal r.a., bersabda Rasulullah saw.: Jika fitnah —atau bidah— muncul merajalela dan para Sahabatku dicaci maki, maka hendaklah orang yang tahu menunjukkan pengetahuannya. Barang siapa tidak melakukan, maka ia akan terkena kutukan dari Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya; Allah tidak akan menerima ibadahnya baik yang sunat maupun yang fardu.

Allahu Akbar.

Jama’ah kaum muslimin yang berbahagia!

Marilah pada hari yang berbahagia ini kita memperbaharui lagi kesadaran kita bahwa hidup adalah sebuah kepercayaan dari Allah. Kepercayaan ini mesti kita pelihara dengan sebaik-baiknya, dengan mengikuti petunjuk-petunjuknya yang tertulis dalam kitab suci dan yang terbentang di jagad raya ini. Untuk menangkapnya, kita dibekali akal dan kemampuan untuk menggali rahasia-rahasia baik yang ada dalam alam di luar kita maupun yang ada dalam diri kita. Karena itu, marilah kita manfaatkan bekal ini semampu kita, sehingga kepercayaan yang diberikan kepada kita dapat benar-benar kita pelihara. Selanjutnya, marilah kita berdoa, semoga kita selalu mendapat bimbingan dan pertolongan dalam menjaganya, sehingga kita dapat menghadap-Nya nanti dalam keadaan puas dan Dia pun puas. Kita puas karena telah dapat menjaga amanat, sedangkan Allah puas karena amanat yang dititipkan kepada hamba-Nya dipelihara dengan baik. Inilah kebahagiaan tertinggi yang dapat dicapai manusia. Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang mendapatkan anugerah dengan mencapai tingkatan ini.

Selanjutnya marilah kita berdoa semoga selalu mendapatkan ampunan dan bimbingan serta pertolongan dari-Nya.

اللهم صل وسلم على نبيك ورسولك سيدنا محمد وعلى آله وصحابته أجمعين. اللهم اغفر لجميع المؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات، الأحياء منهم والأموات. ارفع لهم الدرجات واشفع لهم الحسنات وارحمنا وإياهم يا أرحم الراحمين. اللهم انصر الإسلام والمسلمين، وأهلك أعداءك أعداء الدين، وبدد شملهم واجعل كيدهم في تضليل. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم انفعنا بما علمتنا وعلمنا ما ينفعنا وزدنا علما. الحمد لله من كل حال ونعوذ بالله من حال أهل النار. اللهم تقبل منا صلاتنا وصيامنا وجميع تعبداتنا في رمضان الماضي خاصة، وفي كل السنة عامة، واجعلنا من العائدين الفائزين. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. آمين.

Disampaikan oleh:

Prof. Dr. KH. Machasin, M.A. (Guru Besar Sejarah dan Kebudayaan UIN Sunan Kalijaga dan Ketua MUI D.I. Yogyakarta)

Kolom Terkait

Kolom Terpopuler